KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.1
Paket Modul 1
PARADIGMA DAN VISI GURU PENGGERAK
Modul 1.1
REFLEKSI FILOSOFIS PENDIDIKAN NASIONAL
KI HAJAR DEWANTARA
Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarokaatuh
Apa kabar Sahabat Blogger?
Saya berharap semoga Sahabat semua senantiasa sehat dan tak kurang satu apa pun.
Pada kesempatan ini saya akan berbagi hal yang baik untuk Sahabat Blogger sekalian.
Materi ini berisi tentang perjalanan saya dalam menggali modul 1.1 di pendidikan calon guru penggerak angakatan 9.
Saya berharap melalui tulisan ini, Sahabat dapat memetik hikmah dan menjadi pencerahan terkait aplikasi pendidikan yang selama ini kita lakukan.
Selama ini kita tentu sering mendengar bahkan sudah mempelajari tentang materi budi pekerti, ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani yang menjadi jiwa dari pendidikan nasional.
![]() |
Sumber: browsing di internet |
Namun pernahkah kita melakukan proses refleksi, sejauh mana kita memperaktikkan hal-hal tersebut di atas?
Mari sejenak kita merenung kembali suasana belajar dan mengajar kita sebelumnya.
Melalui pengalaman saat belajar dan mengajar, tentu ada hal-hal yang membuat kita termotivasi untuk selalu bersekolah.
Mungkin saja kita terinspirasi dengan salah seorang guru atau rekan kerja di sekolah. Lalu membuat kita terkesan dan ingin meniru cara-cara beliau saat belajar dan mengajar.
Bisa jadi kita termotivasi oleh siswa-siswi kita yang unik dan menggemaskan, membuat kita selalu kangen dengan mereka.
Namun sebaliknya bisa jadi ada hal-hal yang mengesalkan sehingga memancing rasa amarah dan meluapkannya dengan cara-cara yang kurang tepat dan tidak pantas.
REFLEKSI DIRI PENULIS
Sebelum menjadi calon guru penggerak, saya memiliki pemahaman bahwa pendidikan sebatas mentransfer ilmu pengetahuan dengan tujuan agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Siswa dipaksa untuk memperoleh nilai kognitif sesuai dengan standar KKM kelasnya.
Sehingga penilaian yang dilakukan hanya berfokus pada nilai kognitif saja. Sementara nilai afektif dan nilai psikomotoriknya dikesampingkan.
Bila mengingat perilaku kurang sabar saya kepada siswa, saya sering memarahi bahkan sampai menghukum siswa saya yang selalu bekerja asal-asalan sehingga nilainya rendah.
Astagfirullahal'adziim, begitu banyak kesalahan dan dosa yang saya perbuat akibat kelirunya pemahaman saya tentang pendidikan.
Namun saya berdo'a Ya Allah semoga siswa-siswi saya dari awal mengajar hingga saat ini mereka menjadi insan yang berkarakter dan berbudi pekerti yang luhur.
Aamiin.
Sahabat Blogger,,,
Perkembangan dan kemajuan terus terjadi, menjadikan manusia semakin cerdas dan terus berupaya agar pendidikan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Asalkan upaya yang dilakukan tidak bertentangan dengan kondisi sosio kultural bangsa Indonesia.
Demikian halnya dengan upaya kemendikbudristek saat ini, menjawab tantangan pendidikan dengan mengusung filosofis Ki Hajar Dewantara.
Seperti yang kita ketahui bersama Ki hajar dewantara merupakan pelopor sekaligus pejuang pendidikan nasional.
Filosofis beliau tentang pendidikan nasional dipandang sangat relevan dengan zaman abad 21 saat ini.
Sebelum lebih jauh membahas tentang filosofi KHD, baiknya kita mengenal secara singkat tentang beliau.
KI HAJAR DEWANTARA
Beliau dikenal sebagai pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan kolonial Belanda.
Ki Hajar Dewantara lahir dari keluarga kraton Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dan memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat.
Pada tanggal 3 Juli 1922 beliau mendirikan Taman Siswa. Saat itu bumi pertiwi Indonesia sedang dijajah oleh bangsa Kolonial Belanda.
Sejak itulah nama Ki Hajar Dewantara beliau gunakan. Karena beliau ingin bebas dekat dengan rakyat baik secara fisik maupun jiwa.
Tulisan yang keren
BalasHapusTerinakasih bu
Hapus