Lombok, 22 Juni 2023
Resume Ke-2
"Produktif di Usia Senja"
Oleh : Anikawati

Bismillaah "Alaa Kulli Hall
Malam ini, saya ingin berbagi hasil pertemuan ke-2 di pelatihan Kelas Belajar Menulis Nusantara. Materi yang akan disampaikan malam ini berjudul Produktif di Usia Senja. Dengan membaca judulnya saja, saya bergumam "Nah, ini nih yang saya cari". Saya berharap bisa menangkap semua materi malam ini, sehingga nantinya dapat berguna minimal untuk diri saya pribadi.
Materi kali ini akan disampaikan langsung oleh Ibu Sri Sugiastuti, M. Pd. atau beliau biasa disapa dengan Bunda Kanjeng. Saya sendiri belum tau mengapa beliau dijuluki dengan Bunda Kanjeng. Apakah panggilan Bunda Kanjeng itu karena tulisan-tulisan beliau? Mungkin saja.
Oya tak lupa saya sampaikan Moderator yang akan memandu acara malam ini adalah Bapak Sigid Purwo Nugroho, S.H. Beliau adalah salah seorang dari Tim Solidnya Omjay. Beliaulah yang ditugaskan untuk memandu acara malam ini menemani Ibu Kanjeng.
Seperti semalam, sebelum acara dimulai, moderator menutup sementara ruang chat grup WhatsApp agar materi yang akan disampaikan narasumber tidak tertindih. Pak Sigid mulai membuka acara dengan mengajak para peserta membaca do'a menurut agama dan keyakinan masing-masing.
Adapun susunan acara pada malam hari ini, yaitu:
1. Pembukaan
2. Paparan Materi
3. Tanya Jawab
4. Penutup
Untuk lebih dekat kita menegenal siapakah Sri Sugiastuti, M. Pd. moderator malam ini? Maka berikut ini saya sampaikan profil beliau yang diunggah di laman melintas.id
Sri Sugiastuti, lahir di Semarang, 8 April 1961. Beliau lulus SMA tahun 1980. Kuliah di UNS, lanjut S-2 di UMS dan lulus tahun 2010. Beliau sempat mengajar di Jakarta hingga 1990. Namun, cinta dan tanggung jawab beliau terhadap keluarga membawanya hijrah ke Solo.
Sejak 2 Juli 2018, beliau mendapat amanah sebagai Kepala SMK Tunas Pembangunan 2 Surakarta. Beliau aktif di berbagai komunitas literasi, telah menghasilkan 51 karya bukuSolo dan seratus lebih buku Antologi. Ia sering diminta untuk menjadi juri dalam lomba pembacaan puisi, pantun, cerita rakyat, ataupun esai yang digelar Perpusda Sragen, Sukoharjo, dan Solo. Selain itu, beliau juga aktif dalam organisasi PGRI
Buku yang diterbitkian oleh Penerbit mayor membuatnya bersemangat berbagi ilmu yang dimiliki. Buku Seri Pendalaman Materi Bahasa Inggris untuk SMK yang diterbitkan Erlangga membuat kecintaannya terhadap dunia menulis semakin membara, Buku terbarunya bersama Prof Eko Indrajit yang berjudul “ Cerdas Berkarakter Menyongsong Generasi Emas Tahun 2045” didedikasikan untuk Guru dan generasi penerus.
Setiap tahun selalu terbit 3-5 buku solo untuk memperkaya khasanah dunia literasi di Indonesia. Ia juga sering berbagi ilmu kepenulisan baik secara luring maupun daring. Ia punya branding Writing is My Passion. Founder PMA Literasi Istikamah dan mendapat gelar sebagai Ratu Antologi versi Pegiat Literasi Nusantara khususnya di kelas Belajar Menulis Nusantara bersama Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd dan Tim Solidnya.
Ia ada di berbagai komunitas Menulis bergengsi yang ada di Indonesia. IIDN, SPK, RVL, YPTD, dan KBMN dan masih banyak lagi. Ia sangat bersemangat membangun dunia literasi para guru di Nusantara.
Dapat dihubungi di surel srisugiastuti1961@gmail.com, WA 089692593804, dan blognya www.srisugiastutipln.com. Jejak digitalnya bisa dibaca di akun google yang dimiliki.
Itulah profil singkat beliau. Agar lebih memudahkan beliau dalam menyampaikan materi melalui grup whatsapp, beliau beralih menggunakan Voise Note.
Melalui voice note beliau menyampaikan bahwa, beliau akan menyampaikan materi dengan tema brending beliau yaitu Writing Is My Passion, tapi pada hakikatnya lebih ke acara shering dan bersinergi, terutama pada hal Produktif di Usia Senja.
Beliau memilih materi dengan judul "Produktif di Usia Senja" karena berkiblat dari pengalaman beliau yang sudah tidak muda lagi, tapi masih memiliki semangat untuk terus belajar dan tetap eksis terutama di dunia literasi.
Mendengarkan pengalaman beliau dari awal mulai tertarik dengan literasi sampai beliau bisa memiliki 51 buku solo dan 100 lebih buku antologi, menjadikan semangat menulis saya semakin membara saja. Sepertinya saya akan terkena virus literasi karena beliau.
Peran keluarga sangat penting untuk menumbuhkan semangat literasi di tengah-tengah keluarga. Seperti apa yang sering dilakukan oleh orang tua Bunda kanjeng dulu. Orang tua Bunda Kanjeng selalu membacakan anak-anaknya buku dengan suara nyaring. Hal itulah yang membekas pada diri beliau. Dan semenjak itulah Bunda Kanjeng mulai menyukai kegiatan membaca dan juga menulis. Ketika remaja, Bunda Kanjeng senang menulis lirik lagu-lagu dan juga puisi. Beliau gemar membaca majalah sejak usia sekolah dasar. Dan juga memiliki hobi korespondensi.
Kegiatan berliterasi terus beliau asah dengan membaca dan menulis. Beliau sering membaca buku di perpustakaan. Bahkan tidak-segan-segan datang ke tempat persewaan buku untuk menyewa buku-buku yang beliau inginkan. Beliau juga biasakan diri menulis di agenda dan melakukaan korespondensi surat menyurat dengan sahabat pena.
Tetapi setelah mulai bekerja sebagai guru dan juga berumah tangga, kebiasaan berliterasi beliau terabaikan lantaran beliau fokus untuk mengajar dan fokus dengan keluarga.
Baru kemudian menjelang usia 50 tahun beliau kembali menekuni dunia tulis menulis. Beliau memiliki prinsip hidup "Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali". Di samping itu beliau melanjutkan sekolah lagi mengambil S2 jurusan Bahasa Inggris. Jurusan yang bersesuaian dengan jurusan beliau 25 tahun yang lalu ketika mengambil S1.
Sebagai mahasiswa, beliau harus banyak berkunjung kembali ke toko buku. Di toko buku tersebut beliau menemukan satu buku yang sangat menginspirasi beliau. Buku itu dikarang oleh Profesor Abbas berjudul "Menulis itu Gampang". Karena menulis itu diibaratkan seperti ngobrol biasa. Setelah mengenal dunia internet dan dunia maya. Keinginan beliau untuk kembali menulis semakin besar, apalagi setelah dikompori oleh salah seorang penulis yang bukunya terbit di Gramedia. Ia mengatakan "Tulisan ibu bagus, ini sudah layak menjadi buku" Semenjak itulah beliau mulai rajin menulis dan mulai mengumpulkan tulisan-tulisan beliau di file-file yang berserakan itu. Sehingga lahirlah buku pertama beliau yang dimediasi ole Media Guru yang berjudul "The Storis of Wonder Women."
Ketika beliau komitmen untuk belajar menulis. Kegiatan apa pun yang berkaitan dengan tulis menulis waktu itu selalu beliau ikuti, baik yang berbayar maupun tidak. Sampai ketika beliau mengikuti kelas belajar menulis tahun 2013 di UNJ bersama Om Jay, Beliau akhirnya bertekad untuk bisa menjadi penulis yang handal dan bisa menebarkan virus literasi kepada orang lain.
Ternyata do'a-do'a beliau terkabulkan dan beliau kemudian didaulat Om Jay menjadi narasumber di Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI, dan ikut bergabung di keluarga besar Tim Solid Om Jay bersama dengan alumni KBMN sebelumnya sampai angkatan ke 29 sekarang. Meskipun usia beliau sebenarnya sudah mencapai masa paripurna semenjak dua tahun lalu. Jadi pantas saja Om Jay, menyebut Bunda kanjeng sebagai seorang ULAMA. Ulama di sini bukan berarti ulama sesungguhnya. Namun ULAMA yang dimaksud Om Jay adalah Usia Lanjut tapi Masih Aktif. Kita do'akan semoga Bunda Kanjeng tetap selalu dapat berkontribusi di dunia pendidikan ini.
Ada dua buku beliau diterbitkan oleh penerbit mayor. Buku tersebut berskala nasional dan setiap lembaga kejuruan diwajibkan membeli buku tersebut dengan dana BOS. Buku tersebut diterbitkan penerbit Erlangga dengan durasi kurang lebih 8 tahun yang ditulis di tahun 2010. Dari penjualan buku tersebut beliau sampai mendapatkan uang senilai 35 juta rupiah dalam satu semesternya. Sampai pada edisi revisi, Beliau menyadari betapa provesi menulis itu sangat mulia, bisa dijadikan untuk berbagi, dan juga bisa menjadi sarana belajar. Bagaimana pun bagi seorang guru, nilai uang 35 juta yang diterima setiap semester itu sangatlah besar, dan itu Beliau terima selama 3 tahun. Meski pun berangsur-angsur jumlahnya berkurang, dan terakhirnya beliau terima sejumlah 18 juta. Semenjak dihapuskannya pelajaran Bahasa Inggris dari Daftar Ujian Nasional, buku tersebut sudah tidak ada revisi lagi.
Beliau sangat haus untuk terus belajar, dari diklat satu ke diklat lainnya. Bahkan beliau sampai memanggil mentor berbayar dengan biaya satu juta rupiah untuk belajar pembuatan web. Beliau sangat menikmati prosesnya, dan tidak berhenti sampai tujuan yang beliau inginkan tercapai.
Buku beliau yang kedua lolos di penerbit Andi bersama profesor Eko Indrajit. Berdasarkan pengalaman beliau untuk dapat menulis di penerbit mayor bersama prof Eko Indrajit, beliau merasa tertantang untuk menulis buku berjudul "Cerdas Berkarakter." Judul ini yang sangat beliau inginkan. Karena beliau memiliki harapan bagaimana di tahun 2045 betul-betul bisa terwujud suatu generasi emas yang membawa keharuman nama bangsa. Bagaimana bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat, tetapi tidak arogan, tidak sombong, bisa mengayomi negara-negara yang lain. Dan menjadi negara yang maju. Karena negara kita adalah negara yang kaya raya. Tinggal mengembangkan SDMnya saja. Adapun orang yang bertanggung jawab mengembangkan SDMnya adalah para pemerhati pendidikan, Bapak Ibu Guru, dan yang ada di garda terdepan adalah orang tua masing-masing.
Pemaparan materi yang berisi tentang pengalaman-pengalaman beliau dari nol hingga menjadi penulis seperti sekarang telah terekam dengan apik. Dan sesi tanya jawab pun mulai dibuka. Adapun di antara beberapa peserta yang bertanya dan bisa saya tulis di sini antara lain:
1. Tulisan antologi itu apa?
Tulisan antologi adalah kumpulan beberapa tulisan.
2. Endang Ratna Juwita dari Bogor. Ijin bertanya:
- Bagaimana cara Bunda Kanjeng bisa tetap konsisten dalam menulis?
Agar dapat konsisten dalam menulis menurut beliau caranya adalah dengan menjadikan menulis sebagai suatu kebutuhan bukan kewajiban. Dan jika menemukan sebuah ide untuk menulis segera catat dan simpan ide tersebut untuk nanti dikembangkan menjadi tulisan yang padu dan utuh.
- Apa kesulitan paling besar yang Bunda alami dalam menulis?
Kesulitan terberat ketika ingin menulis suatu topik atau tema tertentu, tetapi materinya kurang. Atau materinya sudah ada, tetapi rasanya kok kurang srek gitu. Jika sudah seperti ini biasanya saya mengerjakan yang lain dulu, baru kemudian kembali ke tulisan. Namun jika masih saja buntu, maka saya tinggalkan topik itu, dan menuliskan topik yang lainnya.
3. Mayarina.
- Bagaimana cara agar kita bisa mengasah kemampuan menjadi kurator dan editor. Maaf Bu, untuk saat ini saya kan lagi nulis. Apakah tulisan saya bisa saya kurator sendiri?
Bisa, nanti buku ibu menjadi buku solo. Di mana kumpulan beberapa tulisan yang sudah ibu kumpulkan bisa menjadi satu judul buku. Untuk judul bukunya bisa ibu pilih dari salah satu sub judul yang sudah ada. Dengan demikian ibu sudah sekaligus menjadi seorang kurator yang menyusun, yang mengumpulkan dan membukukan tulisan-tulisan itu menjadi satu buku. Biasanya kurator diedori oleh orang lain tapi, kalau ibu mau swasunting, ketika sudah selesai lalu mau swasunting atau edit sendiri silakan, tetapi tetap harus ada Up Lider, orang yang akan membaca tulisan ibu pertama kali. Up Lider inilah nantinya yang akan tau persis apakah buku ini sudah enak dibaca atau masih janggal dan lain sebagainya.
Itu di antara beberapa pertanyaan yang dapat saya tulis di sini. Dan pertemuan malam ini diakhiri dengan closing statement dari Bunda Kanjeng dengan pesan yang singkat dan padat "Bapak Ibu tetap semangat. Jangan keluar dari grup ini. Nikmati proses dan adopsi ilmu yang diperoleh dari pelatihan ini."
Applause yang meriah diberikan buat Bunda Kanjeng atas pemaparan malam ini. Semoga berkah dan Bunda Kanjeng beserta keluarga sehat selalu dan diberikan limpahan rahmat oleh Allah swt. Aamiin
Pertemuan ditutup dengan membaca Alhamddulillaahi rabbil 'aalamiin.
Salam literasi
Assalaamu'alaikum wr wb
Resume ini sangat menarik. Silakan nanti dipoles saat menjadi subjudul dari bagian naskah buku. Buat buku solo sebagai syarat lulus tidak harus dari resume.
BalasHapusTerimakasih Bunda. Insyaallah
HapusResume yang bagus Bun.
BalasHapusTerimakasih Bu Ovi
HapusResumenya sudah bagus. Sebagai tambahan, istilah asing dicetak miring yaa.. semangat!
BalasHapusTerimakasih Bu Aam
Hapus